Menunda Dunia Untuk Allah

Lagi check email,
Eh ketemu artikel seperti di bawah.
Kepada Ustad Yusuf Mansur,
Saya mohon izin artikelnya saya posting di blog saya,
Karena saya yakin sangat bermanfaat bagi sesama...

Menunda Dunia Untuk Allah


by : Ust. Yusuf Mansyur
Bagi saya, persoalan shalat adalah persoalan tauhid. Sebab tauhid kan
sederhananya: MengenalAllah. Lalu bagaimana kualitas shalat Kita,
sebagaimana itulah Kita bertauhid kepadanya. Memang Ada urusan lain di
urusan shalat, tapi semua bermula dari sini... Dari shalat...

Perrmohonan maaf kepada para peserta sebab kemaren sempat kosong tidak
Ada materi. Alhamdulillah Pagi ini Kita ketemu lagi. Insya Allah
pembahasannya masih seputar shalat. Sebab buat saya, urusan Shalat
itulah urusan tauhid.

Kemaren pagi jam 11 saya nemanin istri saya check-up kami punya baby di
rumah sakit. Diberitahu Bahwa dokternya hanya sampe jam 13 saja.
Alhamdulillah, urusan shalat nomor satu. Saya mengincar Pom bensin di
menjelang Mal Puri. Di sana Ada tempat shalat yang bersih. Saya belajar
seperti ini. Dan saya menyuarakan agar sebanyak-banyaknya orang juga
begini. Betul-betul waspada di urusan Shalat. Dan alhamdulillah malah
nyampe jam 12.40-an. Masih belum terlambat.

Nah, kadang suka timbul pikiran begini, shalat di sana saja dah.
Takutnya telat. Ntar dokternya Malah pergi lagi. Akhirnya malah kadang
terlambat semua mua. Datangnya juga terlambat. Dan sering Juga akhirnya
shalat di akhir waktu. Saya menikmati benar mendahulukan Allah ini. Saya
yakin, yang Punya jalan adalah Allah. Sehingga kalau mendahulukan Allah,
niscaya jalanan akan dibuat lenggang Oleh Allah Pemi lik Jalan.

Begitulah Saudara-saudaraku, peserta Kuliah Online. Percuma juga Kita
bicara Allah bila kemudian Urusan shalat Kita berantakan. Persoalan
shalat sebenernya dijad ika n Kuliah Dasar tersendiri. Namun, karena
bagi saya ini persoalan yang mendasar, maka IA dijad ika n sebagai
bahagian dari Kuliah Tauhid.

Kalau dilihat perilaku manusia-manusia di Indonesia ini, memang bertuhan
namun sebenernya masih Perlu dipertanyakan lagi ketuhanannya. Sebab
seperti Ga kenal sama Allah. Contoh, di dalam pesta Perkawinan, wuh,
soal shalat, kayak Ga ketemu shalat tepat waktu di sini, kecuali
segelintir saja. Di mall, di perkantoran, di gedung-gedung, sedikit
sekali yang betul-betul memerhat ika n shalat Sebagai cerminan bertauhid
yang benar.

Ok, sebagai kelanjutan bicara-bicara ini, mari Kita lanjutkan pembahasan
seputar shalat. Selamat Menikmati esai-esai pendek. Saya pilih juga cara
penyajian dengan esai-esai pendek agar peserta Mudah mempelajari Dan
memahami. Juga mudah mendistribus ika n lagi kepada yang lain sebagai
Perpanjangan dakwah saya Dan kawan-kawan. Amin.

Robbija 'alnii muqiimash sholaah WA min dzurriyyatii, ya Allah ya
Tuhanku, jad ika nlah aku Dan anak Keturunanku sebagai orang-orang yang
menegakkan shalat...

Ada hadiah dari Allah buat siapa saja yang mementingkan diri-Nya

Si A, membawa surat interview.
Dia ini orang yang terbiasa tepat waktu.
Ia gelisah. Sebab di surat interview itu, Ia dipanggil jam 11.00. Jam
yang rawan bagi dia. Rawan apaan?

Rawan untuk tidak bisa mempersiapkan diri shalat tepat waktu.
Subhaanallaah! Padahal jam 11 kan masih jauh? Masih 1 jam menuju waktu
shalat. Iya. Itu kalo dia prediksi wawancara bisa berlangsung tepat
waktu. Bagaimana kalau pewawancara Telat. Atau Ia datang di urutan
wawancara nomor ke sekian? Atau wawancara akan masih berlangsung Sedang
waktu shalat sudah menjelang. Lihat ya, baru "sudah menjelang", bukan
sudah datang. Pikiran ini betul-betul mengganggu si A ini. Tapi karena
dia butuh pekerjaan, kemudian dia tetap memutuskan untuk datang. Jam 11
kurang dia sudah sampai. Dia catatkan namanya untuk interview. Ternyata
hanya dia seorang. Aman nih. Tapi apa yang terjadi? Ternyata si
penginterview dipanggil oleh direksi. Sampe jam 11.30-an Ga Kunjung Ada
kejelasan apakah wawancara bisa dilaksanakan atau tidak, atau di jam
berapa wawancara Bisa dilaksanakan. Di Mata si A ini, pertanyaan itu
jelas Ia jawab, atau bahasa lainnya, jawabannya jelas: Batal.
Betul: Batal.
Dia memilih tidak wawancara bila wawancara itu dilakukan di jam 12 lalu
mengganggu jadual Shalatnya. Masya Allah. "Mbak, saya izin dulu ya.
Nanti saya balik lagi. Saya titip tas di sini," katanya kepada
Resepsionis. "Bawa aja tas nya. Emangnya mau kemana? Bapak sebentar lagi
barangkali datang." "Mau shalat dulu." "Oh? Silahkan? Nanti saya
beritahu Bapak." Alhamdulillah, pikir si A. Kirain akan dimarahin. Ini
malah dipersilahkan Dan akan dibantu untuk Memberitahukan ke
pewawancara. Alhamdulillah.


***

Sesampenya si A di ruang mushalla, belum Ada orang. Sebab baru jam
11.50. Saat itu, zuhur jam 12.08.

Kira-kira jam 12-an lewat, tapi belum datang saatnya azan, datang
seorang bapak. Bersih wajahnya. Berseri. Bapak ini sudah datang dalam
keadaan berwudhu. Ditemani oleh dua orang lagi di Sebelahnya. Juga dalam
keadaan sudah berwudhu nampaknya. Sebab si A tidak melihat ada
tanda-tanda bekas air wudhu baru.

"Mas, bukan pegawai sini ya?" tanya salah satu dari yang tiga orang
tersebut. "Iya Pak" "Eh, kemana yang azan? Koq belum azan nih?" cetus
lagi yang satu, sambil melihat jam. "Saya saja Pak yang azan," kata si
A.

Dalam keadaan rapih baju dan celananya, dan dalam keadaan wangi, si A,
azan. Ada rasa kebanggaan di hatinya, bahwa dia bisa mengalahkan
interview untuk dapat azan dan shalat zuhur berjamaah. Berdirilah yang
tiga orang tersebut, sambil menunggu azan selesai. Seolah-olah mereka
mendampingi si A ber-azan.

Selepas azan, si A tidak sempat lagi bicara-bicara dengan tiga orang
tersebut. Sebab mushalla sudah keburu ramai. Hanya, selepas shalat ba '
diyah, pundaknya ditepuk oleh salah satu dari yang tiga. "Mas yang akan
diwawancara oleh saya ya?" Kagetlah si A. Rupanya ia bersama-sama sang
pewawancara. Satu shaf. "Yang ngimamin shalat itu, Dirut kita," katanya
datar. "Kita tunggu beliau selesai shalat sunnah." Singkat cerita, malah
si A itu diajak makan siang bersama. Dua dari yang tiga, adalah direksi.
Sedang yang mewawancara pun nampaknya memiliki jabatan yang cukup tinggi
di kantor tersebut. Sungguh beruntung si A. Ia jaga shalatnya, malah
Allah dudukkan dia dalam posisi yang sangat mulia Bagaimana lalu dengan
wawancaranya? Ya sudah tidak perlu diwawancara kali. Pertemuan di
mushalla, dan azannya si A, sudah menyelesaikan wawancara.
Alhamdulillah, subhaanallaah.

Para Peserta Kuliah Online yang budiman, kalau kita hidup dalam aturan
Allah, maka Allah akan mengaturkan hal-hal yang terbaik buat kita. Allah
Maha Mengendal ika n dunia ini, dan DIA Maha Mengetahui apa yang akan
terjadi. Pintu rizki pun di tangan-Nya. Bukan di tangan siapa-siapa.

***

Memberi Jam yang Terbaik
Allah begitu baik sama kita.
Sedangkan kita??

Judul di atas bukan bermaksud memberi hadiah jam tangan. Bukan.
Maksudnya, member ika n waktu terbaik kita buat Allah. Tidak mudah loh
menerapkan hal ini. Makanya, mintalah bantuan, bimbingan, dan
pertolongan Allah, agar bisa member ika n kepada Allah, waktu terbaik
untuk-Nya. Jadilah orang yang berbahagia, di mana ket ika orang sedang
sibuk-sibuknya, kita bisa memotong menghadiahkan waktu yang berharga
yang kita miliki, buat Allah. Bukankah sejatinya semua punya Allah?

Berikut ini kira-kira waktu terbaik kita:
1. Waktu istirahat kita di pertengahan malam, di dua pertiga malam, dan
atau di sepertiga malam. Untuk bangun malam. Untuk ruku ' dan sujud,
memuji Allah dan memohon
pertolongan- Nya. Memohon
bimbingan-Nya agar kita tidak kelelahan dalam menjalani hidup ini. Agar
anak-anak menjadi anak-anak yang saleh salehah. Agar orang-orang tua
kita panjang umur, sehat dan diampuni Allah. Dan masih banyak lagi lah.
Wuah, ini berat. Tidak sedikit yang tidak mampu mengorbankan waktu
tidurnya. Karena lelahnya mencari dunia, kita lalu tidak bisa bangun
malam. Atau karena banyaknya dunia yang di tangan kita, kita lalu berat
untuk bangun malam. Suasana pun barangkali sedang nyaman, tidak sedang
bermasalah.

2. Waktu pagi. Ket ika manusia langsung ngebut dengan pekerjaannya,
dengan usahanya, dengan kesibukannya, kita korbankan dulu barang sedikit
untuk menegakkan shalat dhuha. Dan sebelumnya, ket ika manusia langsung
berburu dunia, kita malah tahan dulu barang sebentar untuk menegakkan
shalat shubuh. Subhaanallaah. Kalau bisa shalat shubuhnya di masjid.
Masya Allah. Kita ajak anak-anak dan istri.

3. Jam zuhur. Jam sibuk-sibuknya. Traffic lagi tinggi-tingginya. Ket ika
pelanggan lagi banyak-banyaknya, kita ridho meninggalkannya d emi Yang M
emi liki diri kita dengan seluruh pemberian-Nya. Ga usah khawatir degan
berkurangnya perniagaan. Lihat saja Mekkah dan madinah. Ket ika jam
shalat, mereka tutup. Akhirnya apa? Allah malah member ika n
international buyer, pembeli internasional. Bukan sekedar local buyer.

4. Jam ashar. Jam ngantuk. Kita segarkan diri kita, dengan air wudhu.
Kita segarkan batin kita, jiwa kita, raga kita, dengan shalat ashar.
Sungguh banyak kemuliaan bacaan-bacaan habis ashar. Insya Allah akan
saya banyak tulis di website.

5. Jam macet. Jam pulang. Banyak manusia yang terjebak di kemacetan,
karena berburu pulang cepat. Akhirnya tetap saja kemaleman karena memang
macet. Kalau memang macet-macet juga, kenapa tidak kita tunggu saja
sampe maghrib usai. Atau syukur-syukur kita sekalian selesa ika n isya,
baru kita pulang. Kalau tetap khawatir, misalkan pulang jam 5, maka jam
18 mampir ke masjid. Jalan lagi usai maghrib. Lalu, mampir lagi jelang
isya. Dan jalan lagi setelah shalat isya. Repot memang. Tapi insya Allah
yang begini ini yang kelak akan Allah istimewakan. Manusia mau lelah,
mau cape. Tapi kali ini cape dan lelahnya, buat Allah. Bukan seperti
selama ini yang untuk dunianya, untuk perutnya, untuk keseombongannya,
untuk hawa nafsunya. Subhaanallaah.