Barat vs Timur...

Changi Airport
Di awal November 2013 kemarin, Saya melakukan perjalanan ke Negeri Tirai Bambu untuk suatu kerjaan yang di berikan oleh perusahaan tempat saya bekerja. Seperti biasa, saya harus berangkat menggunakan pesawat dari Changi Airpot, Singapura. Pada saat itu, di karenakan schedule penerbangan di pagi hari, saya harus menginap 1 malam di Singapura. Di pagi harinya entah apa penyebabnya saya bangun begitu cepat, setelah beres-beres dan tanpa sempat sarapan (karena restoran di hotel belum buka), saya langsung check Out dan meluncur dengan taxi ke Changi Airport. Agak kaget juga karena biasanya dari hotel memerlukan waktu 45 menit, kali ini dapat di tempuh dengan waktu hanya kurang dari setengah jam, dan jadilah saya sampai di Changi kepagian, damn...jarum jam masih menunjukkan angka 5.10 pagi (jam 4.10 pagi kalau jam Indonesia). Langsung Saya check in ke counter SQ dan berjalan masuk ke ruang tunggu.
Di karenakan penerbangan saya jam 8.10 pagi, sedangkan sekarang masih jam 5.30, jadi saya berjalan santai saja sambil celingak celinguk cari counter McD untuk beli fish burger. Karena waktu masih panjang, Saya mulai pasang indera penglihatan, pendengaran untuk mengamati area sekitar yang saya lewati, siapa tahu ketemu orang yang satu bahasa dengan saya untuk di ajak bercakap-cakap dan juga siapa tahu dapat materi untuk di posting di blog tercinta ini. Sepanjang pengamatan, di pagi itu saya tidak ketemu orang-orang yang saya maksud, malah saya melihat banyak bule yang berseliweran di sana, bahkan ada yang sedang tertidur. Saya menebak ini pasti para backpakcer yang sedang menunggu penerbangan selanjutnya untuk sampai ke tujuan mereka. Ini terlihat dari tas yang mereka gendong, seperti tas yang biasa di pakai anggota Mapala untuk naik gunung.Setelah berjalan sekitar 15 menit, akhirnya saya sampai di depan ruang tunggu utama sebelum masuk ke badan pesawat, dan seperti dugaan saya, pintunya masih belum di buka, masih kurang 15 menit lagi dari jadwal GATE OPEN yang tertera di boarding pass Saya. Ya sudahlah, saya pun memilih duduk dan mengeluarkan smartphone. Selama saya meregister untuk login ke changi free wifi, satu persatu bule lainnya datang dan duduk di sebelah saya. Mereka buka tas kemudian mengambil buku dan mulai membacanya, ada yang tipis dan juga ada yang tebal seperti kamus, sekilas saya melihat judul buku tersebut, sepertinya itu adalah novel dan buku pengembangan diri. Sepanjang 30 menit, sejak mereka duduk di situ, kerjaan masing-masing bule yang berjumlah sekitar 3 orang tersebut hanya duduk dan baca buku, saya tidak melihat mereka ngobrol satu sama lain. Saya pun jadi sungkan mau menyapa, dalam pikiran saya, sesama mereka yang notabene satu bahasa saja tidak ada komunikasi apalagi ke saya yang berbeda bahasa dan hanya ngerti bahasa inggris yes dan no saja. Ya sudahlah...saya pun asyik dengan smartphone saya, menghubungi teman via BBM, whatsapp, update facebook-an dan twitter, hal ini saya lakukan karena tidak menemukan lawan bicara pada saat itu. Istri saya saja kaget karena saya kirim pesan melalui BBM jam 5 pagi ke dia. Dia kira saya kenapa-napa (duh seneng nya punya istri penyayang...hehe..). Beberapa saat berlalu sampai operator memanggil penumpang untuk masuk ke pesawat, saya amati para rombul (rombongan bule.red) tersebut masih saja memegang buku bahkan pada saat antri untuk x-ray barang terakhir sebelum masuk pesawat...
Sungguh sangat berbeda perilaku para bule tersebut dengan saya. Di saat mereka sibuk melahap isi buku, saya malah sibuk bersosial media. Dalam hati saya bergumam, apakah ini perbedaan budaya barat dan timur?. Walaupun kita tidak bisa mengkategorikan semua orang barat seperti bule di atas, ataupun semua orang timur seperti perilaku saya,tapi sepanjang pengamatan saya dari beberapa kali perjalanan keluar negeri, mayoritas adalah seperti yang saya sebut di atas. Orang barat cenderung individualis dan orang timur cenderung sosialis. Saya kira semua ada sisi positif dan sisi negatifnya,
So mana yang lebih baik? Wallahuallam bissowab...